Header Menu




banner



Lidah Simon Cowell

Oleh : Prie GS - Budayawan dan penulis SKETSA INDONESIA






Dari kaget lama-lama menjadi takjub, itulah perasaan saya setiap melihat Simon Cowell bicara. Dunia tahu siapa orang ini, terutama penonton American Idol. Ia yaitu salah seorang juri yang paling dibenci akseptor alasannya kata-katanya. Jika rem, verbal Simon yaitu rem blong. Ia akan menyambar apa saja yang ada di depannya meskipun taruhannya harus mati bersama. Itulah watak rem kalau sudah blong. Tetapi bahwa Simon masih hidup hingga sekarang dan dia tidak dikeroyok massa, yaitu fakta yang menakjubkan. Kesimpulannya, rem orang ini memang blong, tetapi dia pasti pengemudi yang mahir alasannya hingga kini masih selamat. Ia bukan cuma masih hidup, tapi juga kaya raya.

Pertama kali melihat gaya Simon bicara, bulu kuduk saya meremang. Bagaimana mampu dia demikian telengas memaki siapapun yang ada di depannya. Para akseptor kontes Idol itu, yaitu belum dewasa muda yang masih rapuh. Kalah kontes saja sudah kesakitan luar biasa, apalagi kalah sambil dihina. Mereka akan habis dalam sekejab dilumat aksi dan destruksi Simon. Dan seluruh dari gaya Simon yaitu kumpulan dari keduanya: dia tidak cuma mengagresi, tetapi juga mendestruksi. Bagaimana mungkin insan setega itu dibiarkan hidup dan malah jadi juri, batin saya ngeri.

Tapi untunglah, dari ngeri saya berbalik geli. Eh, Allah pasti sedang menyodorkan teka-teki dengan menciptakan orang-orang menyerupai Simon ini. Pertama, sulit membayangkan American Idol tanpa kehadirannya. Maka Simon ini bergotong-royong pasti tidak jahat, melainkan sekadar terbiasa mengatakan kebenaran. Indonesia Idol menjadi kontes yang memukau, pasti alasannya dibangun dengan etos kebenaran semacam ini. Mencari yang benar itulah formulanya. Orde Baru, menjadi Orde yang tragis, pasti alasannya sedikit saja waktu itu dari kita yang berani mengatakan kebenaran. Karena betapa tidak mudah memang, mengatakan yang benar kepada pemimpin, alasannya dia tidak selalu enak di pendengaran.

Simon menempuh cara sebaliknya. Ia tidak menjilat kepada penonton. Ia bukan tidak mengerti tips untuk ditepuki. Jika mau mudah saja baginya memancing tepukan. Tetapi hal itu tak dia lakukan, alasannya selalu ada jenis tepuk tangan yang bersilang jalan dengan kejujuran. Tepuk tangan fans terutama, pasti lebih bermodal perasaan katimbang kejujuran. Maka membayangkan Simon Cowell sebagai pihak yang jujur, pihak yang mau menimbulkan dirinya sebagai korban demi kejujuran, membuat saya berubah pendirian. Orang ini, dikirim ke dunia pasti bukan untuk menyakiti sesama, melainkan untuk mengajari kita besar lengan berkuasa sakit di hadapan kenyataan.

Karena kepada yang benar, Simon yaitu seorang penyayang yang nyata. Adegan ini buktinya: ketika seorang akseptor audisi ada yang begitu buruk nyanyiannya. Semua juri hendak meledak oleh tawa ketika akseptor perempuan ini membuka suaranya. Benar-benar lebih menyerupai ringkik kuda. Tetapi apa keputusan Simon? Ia tidak menjatuhkan vonis menyerupai biasa. Ia malah menyuruh akseptor ini menata kembali diri. Ia tahu bunyi akseptor ini tidak jelek. Ia sejatinya unik. Ia hanya salah baca terhadap dirinya sendiri. Ia memaksa dirinya menjadi orang lain. Ia salah melaksanakan identifikasi dan mencari peta pada idola yang keliru. ‘'Cari dan dengar lagu Dolly Parton, pelajari dan kembali ke sini,'' perintah Simon.

Dan benar, setelah diingatkan akan Dolly Parton, akseptor ini kembali ke medan audisi sebagai langsung yang sama sekali berbeda. Ada nyawa terpendam dalam dirinya, dan nama Dolly parton membuat peta keunikan itu muncul nyata. Jelas, pekerjaan Simon yaitu menawarkan jalan, meskipun caranya mampu saja menyakitkan. Di sekitar kita, ada langsung menyerupai Simon ini. Mungkin dia tidak hangat sebagai teman, tidak artistik sebagai partner diskusi, terlalu ketus dan mudah menyakti, memuakkan sebagai pemimpin... tapi kuatlah mendapatkan seluruh kesakitannya. Ia belakang layar sedang membimbing kita menemukan jalan.


Dapatkan inspirasimu di www.andriewongso.com
Bergabung bersama AW Freind klik link ini

Belum ada Komentar untuk "Lidah Simon Cowell"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel