Header Menu




banner



Bitcoin Lahir dari Kekecewaan Terhadap Sistem Bank Konvensional

Krisis kredit suprima (subprime mortgage) yang terjadi pada tamat 2007 mengguncang perekonomian di Amerika Serikat (AS). Saat itu, harga rumah pun jatuh dan kerugian yang timbul dari krisis ini diperkirakan mencapai 35 triliun dolar AS.

Tak hanya berdampak di AS, krisis ini juga berdampak pada negara-negara lain di dunia. Pada 2009, Satoshi Nakamoto tergerak menciptakan alternatif keuangan di luar sistem perbankan konvensional yang telah ada selama ini. Menurutnya, problem utama dengan mata uang konvensional ialah begitu besarnya iktikad yang diharapkan untuk membuat sistem ini bekerja. 

Sayangnya, posisi bank sentral yang seharusnya dipercaya untuk menjaga iktikad ini justru menyampaikan hal sebaliknya. Bank yang selama ini dipercaya menyimpan uang kita dan mentransfernya secara elektronik, justru meminjamkannya ke dalam gelembung kredit dengan hampir tidak ada cadangan.

Ketidakpercayaan Nakamoto pada sistem perbankan konvensional pun mendorongnya melahirkan Bitcoin. Bitcoin ialah mata uang digital yang tidak diatur oleh negara dan/atau lembaga apapun. 

Beberapa kelebihan Bitcoin di antaranya mampu dikirim ke mana saja lewat internet tanpa melalui bank atau lembaga pengirim. Setiap transaksi Bitcoin juga dilakukan tanpa syarat dan tanpa batasan transfer.

Salah satu kelebihan Bitcoin ialah para penggunanya mampu memantau semua transaksi yang terjadi. Saat ini, ada dua cara mendapat Bitcoin. Pertama, membeli Bitcoin eksklusif dengan menukarkan mata uang resmi dengan Bitcoin. Kedua, ialah menerima Bitcoin dengan cara memasang aplikasi yang disebut Bitcoin miner atau dikenal juga dengan Bitcoin mining.

Kehadiran mata uang digital ini pun mengalami jatuh bangun. Karena keamanan transaksi dan banyaknya peminat, mata uang ini mengalami pertumbuhan nilai yang signifikan. Tapi, di sisi lain, ada juga yang menganggap Bitcoin sulit digunakan sebagai alat tukar dan pembayaran alasannya ialah berada di dalam ekosistem yang berbeda.

Upaya untuk menghadirkan Bitcoin ke tengah masyarakat luring bahwasanya terus dilakukan. Tempat penukaran Bitcoin secara fisik yang hadir ibarat layaknya Money Changer pun sempat didirikan.

Saat inilah Satoshi Nakamoto menghilang dari peredaran. Salah satu spekulasi yang terkencang dari kepergiannya secara tiba-tiba, ialah alasannya ialah perkembangan Bitcoin yang sudah tidak sesuai lagi dengan harapan awal, ketika ia melahirkannya.

Cita-cita awal yang ingin ia berdiri ialah untuk menghilangkan ‘middle man’ yang selama ini hadir di perbankan konvensional, salah satunya dalam bentuk Bank Sentral. Meski jati diri Nakamoto hingga ketika ini juga masih menjadi misteri, tapi dongeng ihwal Bitcoin menjadi salah satu dongeng bersejarah dalam memahami esensi teknologi.

Pada dasarnya, teknologi itu hadir untuk memudahkan. Sebagai risiko kolateralnya, memang teknologi kerap memunculkan disrupsi, ketertinggalan regulasi, hingga tak menutup kemungkinan juga revolusi industri.

Hadirnya teknologi juga kerap diselipi harapan munculnya efisiensi. Jadi, ketika ada ada teknologi yang justru terasa memberatkan atau dipaksakan, mungkin esensi dari hal yang satu ini justru dikaburkan.

Misalnya, yang mampu kita temui ketika ini ialah makin digalakkannya banyak sekali transaksi dengan uang elektronik. Harapan awalnya, ialah semoga waktu pembayaran di tol atau halte Transjakarta menjadi berkurang, orang jadi tidak perlu repot mencari-cari uang pas, atau menunggu kembalian.

Tapi, ketika setiap pembelian kartu gres dikenakan biaya yang cukup memberatkan dan setiap top up ada beban manajemen yang diselipkan, bahwasanya siapa yang lebih butuh teknologi berjulukan uang elektronik?sumber: republika.co.id

Belum ada Komentar untuk "Bitcoin Lahir dari Kekecewaan Terhadap Sistem Bank Konvensional"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel