Header Menu




banner



Olah raga ternyata berbahaya ?

Diambil dari : artikel-kesehatan-online







Hasil penelitian terbaru International Journal of Eating Disorder, dari 336 wanita penderita anoreksia, lebih separuhnya berolahraga berlebihan, Padahal, laporan dari Cardiology Review mencatat bahwa anoreksia dan bulimia paling banyak menyebabkan kematian. Serba terlalu itu tidak baik. Demikian juga dengan terlalu banyak berolahraga. Manfaat baik olahraga jadi hilang. Risiko cedera juga meningkat. Adakah ancaman lain?

Ketika diberi penugasan menulis soal ancaman olahraga, terus terang saya merasa agak tersindir. Pasalnya, di kantor saya termasuk orang yang "gila" olahraga. Dalam seminggu saya mampu mengunjungi gym tiga atau empat kali. Belum lagi di final pekan saya sering diajak berenang atau latihan yoga oleh sahabat saya.

Memang alasannya ialah olahraga teratur tubuh saya jadi jarang sakit. Namun, ketika sakit, teman-teman akan berkata dengan pandangan menuduh. "Kamu sakit alasannya ialah kebanyakan olahraga, ya?"

Ternyata saya tidak sendirian dalam hal asing olahraga. Di gym tempat saya menjadi member, saya sering bertemu dengan sejumlah wanita yang jadi "warga kehormatan" alasannya ialah seharian terlihat nongkrong di gym. Dan saya pun ternyata tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka. Paling dalam sehari saya hanya ikut satu atau dua kelas di studio senam. Mereka mampu ikut tiga hingga empat kelas! Belum termasuk latihan beban memakai alat.

Sama menyerupai saya, tampaknya para wanita itu punya kesepakatan berpengaruh untuk rajin olahraga. Sama sekali tidak ada pikiran menjadikan olahraga sebagai obsesi dalam hidup. Sayang, kadang "komitmen" itu bermetamorfosis adiksi atau kecanduan. Kalau sudah jadi candu, tentu mampu merusak tubuh, mental, dan mungkin menyebabkan kematian.

Jim Fixx, penulis buku The Complete Book of Running, ialah pelari maraton yang berlari 95 km seminggu dan merupakan rujukan tepat orang yang kecanduan olahraga. Lama ia mengabaikan nyeri dada yang dialami ketika berlari. Padahal, itu merupakan tanda ada yang tidak beres pada dadanya. Jim kena serangan jantung di usia 52 tahun ketika sedang berlari.

Mirip Kokain

Dalam hal ini, tidak ada garis terang yang membatasi antara adiksi dengan kesepakatan berpengaruh untuk olahraga. Tidak ada juga tes darah yang mengonfirmasi kita sakit kecanduan olahraga. American Psychiatric Association (APA) pun belum mengakui kecanduan olahraga seunik penyakit kelainan makan menyerupai bulimia atau anoreksia.

Hasil penelitian terbaru International Journal of Eating Disorder, dari 336 wanita penderita anoreksia, lebih separuhnya berolahraga berlebihan. Para peneliti itu mendefinisikan olahraga berlebihan ialah kalau berlatih setiap hari lebih dari tiga jam, obsesif dengan kegiatan fisik yang mampu mengintervensi aspek lain hidup, atau berolahraga bahkan ketika sedang cedera atau sakit.

Kecanduan olahraga ini begitu menyerupai dengan kategori kelainan makan. Lantas apakah olahraga berlebihan itu masuk kategori adiksi? Definisi adiksi yang ada pada manual diagnostik kelainan mental APA menyatakan bahwa paling tidak ada tiga dari karakteristik berikut ini: toleransi, ketagihan, melaksanakan banyak setelah periode panjang, tidak berhasil mengurangi, menghabiskan waktu untuk kegiatan sosial, pekerjaan, rekreasi, dan terus melaksanakan meskipun ada akhir yang merugikan.

Meskipun kecanduan olahraga tidak menerima cap resmi dari APA sebagai kelainan, kecanduan ini memenuhi sebagian besar kriteria yang dikeluarkan oleh APA. "Jelas sekali bahwa olahraga itu sifatnya adiktif," ujar Caroline Davis, Ph.D, profesor fisiologi dari Toronto's York University yang meneliti kelebihan olahraga.

Pada tahun 2003 pernah diadakan penelitian pada tikus yang diterbitkan pada Behavioral Neurosciences. Penelitian itu menggunakan turunan tikus yang senang berlari di atas roda putar. Ketika tikus-tikus itu tidak menerima roda putar untuk lari, otak mereka bereaksi menyerupai pecandu yang ketagihan obat.

Pada otak terlihat kegiatan besar pada tempat yang bertanggung jawab untuk ketagihan. Daerah otak itu juga yang aktif ketika tikus ketagihan obat terlarang berhenti menerima kokain, morfin, alkohol, atau nikotin.

Bayangan Maya

Peach Friedman (28 tahun) ialah pelatih langsung dari Sacramento, California, dan juru bicara National Eating Disorders Association. Ketika kuliah Friedman menderita bulimia olahraga dengan anoreksia. Awalnya ialah obsesi memiliki tubuh selangsing model dan aktor Cameron Diaz. Lalu, di tahun pertama kuliah pacarnya pergi ke luar negeri. Gara-gara itu Friedman merasa jadi tak aman dan kesepian.

Seorang terapis menyarankan dirinya untuk olahraga untuk meringankan rasa tak aman itu. Awalnya saran itu berhasil mengusir ketidakamanan tersebut. Lama kelamaan Friedman merasa, "Jika saya tak olahraga, saya akan merasa cemas."

Di usia 21 tahun ia berada dalam kondisi benar-benar sakit. Ketika itu dalam sehari ia berlari sejauh 10 hingga 15 km. Parahnya, ia hanya mengonsumsi makanan rendah kalori. "Pola makan saya benar-benar ketat," katanya. Camilan, ia hanya makan acar dan wortel. Gadis muda setinggi 180 cm itu kehilangan berat dari bobot sehat 65 kg menjadi hanya 45 kg.

"Sebagai gadis kuliahan, Friedman cocok sekali dengan tipikal seorang bulimia olahraga," kata Kate Bruno, RD, CPT, terapis gizi dari Charlottesville, Virginia yang memberi konseling untuk Friedman.

Perempuan, kata Bruno, memang lebih rentan kena kecenderungan obsesif pada olahraga. Penelitian tahun 2004 yang diterbitkan Journal of American College Health menemukan bahwa 22 persen dari 257 mahasiswi punya kecenderungan tergantung pada olahraga. Mereka berolahraga enam jam atau lebih seminggu dan kerutinan mereka itu mendekati kategori patologis.

Laki-laki bekerjsama juga mampu kena kecenderungan obsesif pada olahraga. Jumlah mereka ini tampaknya sama banyak dengan wanita paruh baya. Menurut laporan British Medical Journal, kelainan berjulukan body dysmorphic disorder (pikiran pada diri sendiri yang dipenuhi dengan keanehan penampilan yang bekerjsama tidak nyata) diderita pria dan wanita.

Perfeksionis, pencemas, atau kecenderungan obsesif kompulsif juga rentan kena olahraga berlebihan. Mereka ini sering olahraga dalam waktu yang sama setiap hari. Mereka olahraga bahkan ketika sedang cedera atau sakit. Kadang olahraga jadi prioritas utama dalam hidup mengalahkan keluarga, pekerjaan, dan liburan, kata Friedman. Aspek dikontrol oleh olahraga inilah yang membuat perbedaan orang yang obsesif olahraga dengan orang yang sekadar hobi olahraga.

Detoks Jiwa

Olahraga berlebihan kadang jadi semakin menjadi alasannya ialah kebanggaan orang lain. "Orang lain jadi kagum alasannya ialah pencapaian orang itu," kata Carolyn Costin, penulis buku The Eating Disorder Sourcebook Penghargaan dari orang lain itu yang bikin adiksi itu jadi semakin menggelora.

Ketika adiksi itu makin jadi, dilema semakin berat. Ketika itu Friedman begitu kurang gizi sehingga tubuhnya berhenti memproduksi hormon estrogen. Haidnya pun berhenti. Dia juga menderita cedera otot alasannya ialah berlebihan olahraga. Selain itu, ia tidak punya pacar. Pacarnya ya olahraga itu.

Bahaya rendahnya hormon estrogen dan kurang gizi ialah tulang keropos. Olahraga berlebihan hingga ngos-ngosan atau nyeri dada berbahaya bagi jantung. Berat tubuh yang kurang juga mengganggu keseimbangan elektrolit tubuh, menyebabkan detak jantung tak teratur sehingga mampu terkena serangan jantung. Laporan dari Cardiology Review mencatat bahwa anoreksia dan bulimia paling banyak menyebabkan kematian.

Hingga kini Friedman masih berkonsultasi dengan mahir diet. "Setiap kali haid berhenti, Anda kehilangan tulang. Setiap kali memaksa berlari dengan berat tubuh kurang, Anda kehilangan tulang dan otot. Anda juga lebih rentan gagal jantung tanpa gejala dan tentu saja kematian," kata Bruno.

Langkah pertama mengatasi obsesi olahraga berlebihan ini ialah dengan mengenali bahwa kita punya masalah. Setelah itu Bruno merekomendasikan berhenti olahraga dan berkonsentrasi memperbaiki pola makan untuk menaikkan berat dan memperbaiki gizi.

Setelah "detoks" berhenti olahraga selama tiga bulan (bisa kurang atau lebih sesuai kebutuhan), Anda dapat olahraga kembali. Pada titik tertentu mereka mampu mencapai rasa percaya diri kembali latihan di level yang moderat atau sedang-sedang saja.

Olahraga gila-gilaan hendaknya dihentikan alasannya ialah itu akan membawa kembali ke siklus adiksi. Beberapa orang mampu olahraga ringan dikala detoks jiwa itu. Ada yang boleh melaksanakan kegiatan low impact. Ada juga yang harus berhenti sama sekali.

Malah Bikin Cepat Tua

Olahraga teratur dan terukur memang disarankan oleh para dokter untuk menjaga kesehatan. Namun, olahraga berlebihan, haram hukumnya.

Mengapa? "Secara umum ada dua hal yang terjadi ketika berolahraga berlebihan. Pertama, terjadi peningkatan hormon stres yang berjulukan kortisol secara berlebihan. Ini yang menyebabkan tubuh jadi fatigue atau kelelahan," papar Dr. Phaidon L. Toruan, MM, dokter peminat kebugaran dan anggota Perkumpulan Awet Sehat Indonesia (Pasti).

Hal buruk kedua yang terjadi ketika olahraga berlebihan ialah peningkatan kadar radikal bebas berlebihan dalam tubuh. Radikal bebas ini bila berlebihan akan menyebabkan peradangan pada seluruh sistem termasuk pembuluh darah. "Peradangan ini yang menyebabkan plak sehingga terjadi serangan jantung menyerupai yang dialami komedian Basuki," papar Dr. Phaidon.

Olahraga berlebihan itu tanpa didukung pola makan sehat justru memperparah keadaan. "Sudah banyak radikal bebas dari olahraga ditambah hobi makan gorengan, ogah makan sayur dan buah sumber antioksidan. Akibatnya radikal bebas jadi makin menumpuk. Ini yang memperberat sistem tubuh dan mempercepat penuaan," katanya.

Bahaya lain olahraga, menurut Phaidon, ialah lingkungan. "Olahraga di tengah kota berpolusi menyerupai Jakarta justru memperbanyak radikal bebas," tuturnya.

Selain olahraga teratur, terukur, dan sedang-sedang saja, Dr. Phaidon juga menyarankan untuk memvariasikan jenis olahraga. "Satu jenis olahraga akan melatih otot yang itu-itu saja sehingga lebih mudah cedera. Kini banyak kejadian penggemar senam aerobik nyeri sendi lutut, osteoartritis, dan nyeri telapak kaki," katanya.

Strategi Alternatif Hentikan Obsesi Olahraga

Selain berhenti olahraga sementara, lakukan terapi untuk jiwa yang dapat menghentikan obsesi:

Pijat
Ini ialah terapi yang mampu mengatasi rasa cemas dan mengangkat suasana hati jadi lebih cerah. Anda pun jadi lebih rileks.

Meditasi
Ini juga mengontrol rasa cemas akhir olahraga dan mendatangkan rileksasi dan rasa damai.

Belum ada Komentar untuk "Olah raga ternyata berbahaya ?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel